Apa yang terjadi di setiap belahan dunia manapun hari ini sejenak kemudian menyebar luas ke seluruh dunia. Dunia menjadi sedemikian kecil terlipatnya oleh kemajuan teknologi Informasi dan Teknologi (IT). Situasi ini menjadikan dunia luas layaknya hanya sebuah kampung kecil (village), sehingga amat sering dunia hari ini disebut sebagai buana atau kampung global (global village). Lalu lintas komunikasi dan informasi berjalan sedemikian cepatnya. Tidak ada seorang pun yang bisa bersembunyi dari tatapan mata global ini.
Inilah yang kini menyebabkan segala isu global menjadi milik semua bangsa, kelompok, tradisi, dan bahkan agama. Islam sebagai salah satu agama yang tak terhindarkan menjadi bagian dari global village itu juga terlibat intensif dengan isu-isu global itu. Wajarlah bila kini tantangan terbesar teologi Islam kontemporer ialah isu-isu global dan kemanusiaan universal, mulai dari pluralisme agama, feminisme, kemiskinan struktural, kerusakan lingkungan (ekologi), dan sebagainya. Hari ini, teologi apa pun, termasuk Islam, yang hanya berbicara tentang Tuhan (teosentris) dan tidak mengaitkan diskursusnya dengan isu-isu global dan persoalan-persoalan kemanusiaan universal (antroposentris) akan lambat laun menjadi out of date.