Rabu, 31 Oktober 2012

PERKEMBANGAN TEHNOLOGI


Apa yang terjadi di setiap belahan dunia manapun hari ini sejenak kemudian menyebar luas ke seluruh dunia. Dunia menjadi sedemikian kecil terlipatnya oleh kemajuan teknologi Informasi dan Teknologi (IT). Situasi ini menjadikan dunia luas layaknya hanya sebuah kampung kecil (village), sehingga amat sering dunia hari ini disebut sebagai buana atau kampung global (global village). Lalu lintas komunikasi dan informasi berjalan sedemikian cepatnya. Tidak ada seorang pun yang bisa bersembunyi dari tatapan mata global  ini.
Inilah yang kini menyebabkan segala isu global menjadi milik semua bangsa, kelompok, tradisi, dan bahkan agama. Islam sebagai salah satu agama yang tak terhindarkan menjadi bagian dari global village itu juga terlibat intensif dengan isu-isu global itu. Wajarlah bila kini tantangan terbesar teologi Islam kontemporer ialah isu-isu global dan kemanusiaan universal, mulai dari pluralisme agama, feminisme, kemiskinan struktural, kerusakan lingkungan (ekologi), dan sebagainya. Hari ini, teologi apa pun, termasuk Islam, yang hanya berbicara tentang Tuhan (teosentris) dan tidak mengaitkan diskursusnya dengan isu-isu global dan persoalan-persoalan kemanusiaan universal (antroposentris) akan lambat laun menjadi out of date.

PATRAP


Di dalam Serat Pepali Ki Ageng Selo (karya R.M. Sotardi Soeryohoedoyo), zikir berarti patrap, yaitu orang susila, orang beradab. Peradaban atau kesusilaan seseorang ditentukan oleh pendirian hidupnya dan kesusilaan dalam arti kata yang sedalam-dalamnya dan terikat pada sarat-sarat utama yaitu dapat menguasai diri sendiri yang dijabarkan sebagai berikut :
    1. Menguasai tubuh sepenuhnya, yang berarti mampu untuk menguasai perjalanan nafas dan darah, sehingga orang tidak lekas naik darah dan tidak mudah dipermainkan oleh urat syarafnya (nervous), yang besar faedahnya bagi kesehatan badan.
    2. Menguasai perasaan, yaitu dapat menahan rasa marah, jengkel, sedih, takut dan sebagainya, sehingga dalam keadaan bagaimanapun juga selalu tenang dan sabar, oleh karena itu lebih mudah untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang setepat-tepatnya.

RENUNGAN ILIR-ILIR



Oleh : Emha Ainun Nadjib

Bisakah luka yang teramat dalam ini nantinya akan sembuh, bisakah kekecewan dan keputusasaan yang mengiris-iris hati berpuluh-puluh juta saudara kita ini pada akhirnya nanti akan kikis, adakah kemungkinan kita merangkak naik kebumi dari jurang yang teramat curam dan dalam, akankah api akan berkobar-kobar lagi apakah asap akan membumbung tinggi dan memenuhi angkasa tanah air, akankah kita akan bertabrakan lagi jarah menjarah dengan pengorbanan yang tak terkirakan, adakah kita tahu apa yang sebenarnya sedang kita jalani, bersediakah sebenarnya kita untuk tau persis apa yang sesungguhnya kita cari, cakrawala manakah yang menjadi tujuan sebenarnya langkah-langkah kita, pernahkah kita bertanya bagaimana melangkah yang , pernakah kita mencoba menyesali hal-hal yang barangkali perlu kita sesali dari prilaku-prilaku kita yang kemarin, bisakah kita menumbuhkan kerendah hatian dibalik kebanggaan-kebanggaan, masih tersediakah ruang di dalam dada kita dan akal kepala kita untuk sesekali berkata pada diri kita sendiri bahwa yang bersalah bukan hanya mereka,

Minggu, 21 Oktober 2012

EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI


Pada prinsipnya, Islam telah memiliki epistemologi yang komprehensif sebagai kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hanya saja dari tiga kecenderungan epistemologis yang ada [bayani, irfani dan burhani ], dalam perkembangannya lebih didominasi oleh corak berpikir bayani yang sangat tekstual dan corak berpikirirfani [kasyf] yang sangat sufistik. Kedua kecenderungan ini kurang begitu memperhatikan pada penggunaan rasio [ burhani ] secara optimal.

Senin, 15 Oktober 2012

ASAL MULA SAINS 

Manusia kuno tidak memiliki apa pun selain tangan dan otak untuk berjuang menghadapi masalah kehidupan dari hari ke hari. Tidak ada sesuatu yang berfungsi menyimpan pengalaman manusia sebelumnya yang bisa dijadikan pelajaran… . Sir George Dunbar Upaya penelitian ilmiah dan arkeologis untuk menggali lebih dalam mengenai sejarah masa lalu yang tak terhingga, dan peningkatan taraf pengetahuan, telah meningkatkan penghargaan dan apresiasi kita terhadap kemajuan yang telah diraih sains. Kita melihat manusia sampai pada konsep bahwa kesejahteraan manusia ditentukan oleh kemampuannya untuk menaklukkan unsur-unsur lingkungannya yang senantiasa berubah, untuk melihat ke depan dan mengeksploitasinya sehingga menjadi keuntungan baginya di tengah-tengah dunia yang keras dan sangat kompetitif. Ia tidak melihat dunia ini sebagai entitas eksternal, melainkan entitas yang hidup dengan gairah dan kepribadian yang terdapat pada diri manusia itu sendiri dan manusia lainnya.

HISTORISITAS/SEJARAH HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS

Minggu, 14 Oktober 2012

Integrasi Sains dan ISLAM


Ada sejumlah pertanyaan menarik tentang kedudukan sains dan Islam. Pertanyaan ini berakar dari fenomena-fenomena berikut:
Munculnya kegairahan baru atas sebagian cendekiawan Islam atas sains dan keyakinan bahwa kemunduran Islam itu akibat melalaikan sains dan terlalu menonjolnya fiqih.
Munculnya sebagian cendekiawan yang meyakini kembali bahwa Qur’an adalah sumber inspirasi sains, setelah ditemukannya bukti-bukti sains modern yang sesuai dengan ayat-ayat Qur’an. Ilmu yang terinspirasi Quran ini bahkan sering diklaim sebagai sains Islami.
Di sisi lain: tingkat religiositas yang tetap belum membaik di kalangan ilmuwan sains Barat – sekalipun dapat teramati bahwa tingkat religiositas di kalangan ilmuwan sains ini masih lebih baik daripada ilmuwan sosial.
Tiga fenomena ini membuat di satu sisi umat Islam semakin bersemangat dalam beragama, namun di sisi lain mereka masih mencari bentuk, bagaimana sesungguhnya integrasi sains dan Islam.
Pada berbagai jenis pendidikan Islam di Indonesia, integrasi ini dicoba baru dalam taraf penggabungan kurikulum (Depdiknas+Depag), sehingga total jam belajar siswa menjadi relatih jauh besar dibanding sekolah biasa. Karena itu kajian bagaimana integrasi sains dan Islam itu perlu ditelaah lebih jauh.
Sejarah Kedudukan Ilmu di dalam Islam
Kalau melihat sejarah, sering ada dugaan bahwa kemunduran dunia riset Islam dimulai ketika iklim kebebasan berpikir – yang sering dianggap direpresentasikan kaum mu’tazilah – berakhir, dan digantikan oleh iklim fiqh yang skripturalis dan kaku. Teori ini terbukti bertentangan dengan fakta bahwa munculnya ilmu-ilmu fiqh dan ilmu-ilmu sains dan teknologi berjalan beriringan. Bahkan ketika ilmu dasar ummat musim mulai kendur, teknologi mereka masih cukup tinggi untuk bertahan lebih lama.
Hunke dengan cukup baik melukiskan latar belakang masyarakat Islam di masa khilafah Islam sehingga keberhasilan pengembangan teknologi terjadi, dan ini bisa diklasifikasikan menjadi dua hal.

Empat Tipologi Hubungan Sains dan Agama


Ian G. Barbour (2002:47) mencoba memetakan hubungan sains dan agama dengan membuka kemungkinan interaksi di antara keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini berlaku pada disiplin-disiplin ilmiah tertentu, salah satunya adalah biologi. Tipologi ini terdiri dari empat macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.

Hubungan Islam dan Sains

Fase-fase Hubungan Islam dan Sains: Kosmologi, Kosmogoni, dan Kosmografi

Untuk mendeskripsikan hubungan antara Islam dan sains dalam Peradaban Islam pada abad kedelapan sampai enam belas, pembahasan ini mengeksplorasi perkembangan spesifik cabang sains tertentu. Tentu saja bagian ini bukan sejarah yang komprehensif dari tradisi ilmiah Islam, tetapi hanya deskripsi perkembangan tertentu setiap cabang sains yang memiliki hubungan langsung dengan agama. Beberapa cabang sains (seperti mekanika) tidak ada hubungannya secara langsung dengan agama, sedangkan yang lainnya (seperti kosmologi dan geografi) memiliki hubungan langsung dengan agama dan karenanya memerlukan perhatian lebih mendalam.

Sabtu, 13 Oktober 2012

HUBUNGAN ISLAM DAN SAINS


Hubungan Islam Dengan Sains Dan Teknologi



Hubungan antara Islam dengan sains dan teknologi adalah ibarat isi dan kuku, tidak dapat dipisahkan kerana sama-sama mempunyai peranan dan sumbangan yang penting dalam membina tamadun manusia. Sains dan teknologi membawa kemajuan, kemudahan dan keselesaan, manakala Islam pula memimpin manusia ke arah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan juga di akhirat.